• 15 Februari 2016












    perang merebut kemerdekaan 


    Agresi Militer Belanda di MaduraGerakan pembersihan didalam daerah yang telah diduduki oleh Belanda berjalan tidak selancar seperti diperkirakan semula. Hambatan dan gangguan dan pihak pejuang-pejuang yang bertubi-tubi tidak memberi kesempatan pada tentara Belanda dan pemerintahan sipilnya yang disebut Recomba untuk dapat diam dan bersenang-senang. Dengan demikian Belanda terpaksa mengakui dan menyadari bahwa Jawa Timur belum dikuasai sepenuhnya.

    Oleh karena itu Belanda berkesimpulan bahwa harus ada aksi lanjutan untuk dapat menguasai sisa daerah-daerah Karesidenan, agar dapat dikatakan, bahwa seluruh daerah Jawa Timur sudah dapat diduduki. Hal semacam itu berlaku dan terjadi pula bagi daerah-derah Jawa Tengah, Jawa Barat, dan lain-lain seperti di Sumatera dan sebagainya. Menaklukkan dan menduduki pulau Madura terlebih dahulu dengan kekuatan besar-besaran (tidak seimbang dengan kecilnya pulau Madura), merupakan strategi dan taktik Belanda dan mereka memperkirakan, bahwa dalam tujuh harin saja seluruh Madura dapat mereka kuasai.
    Perkiraan tersebut berdasarkan pada kondisi Madura yang tidak atau kurang memungkinkan perang gerilya, karena daerahnya hampir semuanya datar, sehingga mudah didatangi oleh pihak Belanda. Dan segi ekonomis, alamnya minus, basil buminya hanya cukup dimakan oleh penduduk selama empat bulan.
    Tentara Belanda yang berkedudukan di Jawa Timur adalah Divisi I berada di Surabaya, yang didampingi oleh Van der Plas, seorang Islamolog yang pandai berbahasa Madura dan pernah menjabat Gubemur Jawa Timur dalam zaman penjajahan. Ia berusaha mendekati/mengambil hati rakyat Madura umumnya, para Ulama, Kyai dengan pesantrennya pada khususnya.
    Dalam kenyataannya, rakyat Madura yang bersatu kompak dengan Tentara Keamanan Rakyat, Kelasykaran, Kepolisian, Mobbrig, dan ALRI menyuguhkan perlawanan yang gilang-gemilang, sehingga waktu tujuh hari jauh terlampaui dan barun setelah tiga bulan dengan susah payah akhirnya Belanda mencapai hasil dapat mcnguasai/menaklukkan Madura seluruhnya.

    Kondisi Pertahanan

    Sebelum terjadinya Aksi Militer Belanda I (Clash I) pulau Madura dipertahankan oleh satu Resimen dengan enam Batalyon Tentara Nasional Indonesia ditambah dengan Badan-badan Kelasyakaran Perjuangan, dan rakyat jelatapun ikut serta di dalamnya termasuk para Kyai dan kaum wanita yang lazim disebut Perjuangan Rakyat Semesta.
    Pulau Madura dibagi menjadi 4 Sektor, yaitu: Sektor I Madura Barat, meliputi daerah Bangkalan yang dipimpin oleh Mayor Hanafi dan Mayor Azis. Sektor II meliputi daerah Sampang/daerah Waru, yang dipimpin oleh Mayor R. Cokrodirejo. Sektor III meliputi daerah Pamekasan, dipimpin oleh Mayor Sulaiman, dan Sektor IV meliputi daerah Sumenep yang dipimpin oleh Mayor M. Abdul Majid.
    Kemudian sewaktu Clash I dimulai, atas perintah Komandan Resimen 35/Komandan Sub Territorial, pimpinan Sektor III dialihkan kepada mayor R.S. Mangkudiningrat, berhubung dengan kesehatan Mayor Sulaiman tidak mengizinkan.
    Seluruh Madura dalam hal itu berada di bawah pimpinan Tentara Keamanan Rakyat Tentara Nasional Indonesia dengan Letnan Kolonel Chandra Hassan sebagai Komandan Resimen 35, Sub Territorial Madura. Pertahanan Tentara Keamanan Rakyat Tentara Nasional Indonesia di masa Republik Indonesia, bila dibandingkan dengan pada waktu penjajahan Belanda dan Jepang memang jauh berbeda baik dalam hal persenjataan maupun dalam hal perlengkapan-perlengkapan lainnya. Setiap Batalyon hanya bersenjatakan lebih kurang 30 senapan, 4 senapan mesin/mitraliur yang sudah tua dan sering macect. Diantara Batalyon-batalyon tersebut ada yang mempunyai mortir (tidak lengkap) dan watermantel.
    Perlu disebutkan pula bahwa masa-masa menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, secara diam-diam Jepang membuang semua senjata dan kelima Daidan/Batalyon PETA ke dalam laut selat Madura, setelah secara halus 5 Daidan/Batalyon PETA tersebut dibubarkan.
    Selain itu masyarakat umum sudah maklum bahwa setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia perlengkapan keperluan ketentaraan harus direbut dan tentara Jepang yang temyata mendapatkan perlawanan dan pihak Jepang. Perlu diketahui bahwa dalam keadaan yang serba kurang dan kesibukan penyusunan organisasi termasuk pencarian dan pengusahaan tambahan kelengkapan senjata, tentara Republik Indonesia dihadapkan kepada situasi yang sulit dalam menghadapi pihak Belanda yang mengekor tentara Sekutu mendarat di belakangnya.

    Sektor I, Madura Barat (Daerah Kabupaten Bangkalan)

    Susunan dan kekuatan Resimen Asmoroyudo pada akhir tahun 1946, sebelum dilancarkan Clash I oleh Belanda, Resirnen V tersebut terdiri dan 4 Batalyon:
    –   Batalyon Imbran, lokasi di Kamal – Batuporon –   Batalyon Azis, lokasi di Sukolilo – Kwanyar –   Batalyon Warsito, lokasi di Sampang dan sekitarnya –   Batalyon Hanafi, lokasi di Bangkalan – Arosbaya – Tanjungbumi.
    Dalam rangka reorganisasi Tentara Rakyat Indonesia keseluruhan berdasarkan perintah Panglima Divisi Narotama, Resimen V tersebut harus dilebur dan dilikwidasi untuk digabung dengan Reisimen VI, sehingga terbentuk Resimen 35 dibawah pimpinan Letnan Kolonel Chandra Hassan yang bermarkas di Pamekasan.
    Kekuatan Resimen V dibawah pimpinan Letnan Kolonel Asmoroyudo, mempunyai persenjataaan keseluruhannya hanya sebesar I Batalyon ditambah battery porn-porn 20 mm dan dua pucuk senapan mesin 12,7 mm.
    Inti kekuatan Resimen tersebut bertumpu pada Batalyon Hanafi yang mempunyai persenjataan sebagai berikut: 4 Senapan mesin hotchkiss (air cooling), 4 Senapan rnesin colt (water cooling), 3 Mortir8lmm, 4 Senapan mesin Hamburg (Belgie), 300 pucuk senapan Jepang ,25 pucuk pistol. Batalyon-batalyon yang lain tidak riil, misalnya Batalyon Azis, persenjataannya I berbanding 30, Batalyon Imbran lebih kurang lagi.

    Sebelum Menghadapi Serangan Diadakan Her-Dislokasi

    Pada bukan Pebruari 1947, tentara Belanda mendarat d Kamal dan melakukan penembakan terhadap Markas Tentara Nasional Indonesia di tempat itu.
    Dalam pertempuran dengan Belanda gugur pula Letnan Ahdulllah. Sejak gugurnya Letnan Satu Ramli, Letnan Singosatro dan Letnan Abdullah maka pertahan Kamal menjadi sangat lemah.  Sejak saat itu Batalyon Imbran bubar dan daerah Batuporron – Kanial – Tanjung Piring diambil alih pertahanannya oleh Batalyon Hanafi (disebut batalyon I Resimen 35). Dengan bubarnya Batalyon Imbran, maka batalyon I Resimen 35 mengadakan Her-dislokasi
    Kompi Fatah mempertahankan dacerah Batuporron-Kamal-Tanjung Piring-Binaju, Kompi Hamid berlokasi di Arosbaya-Klampis-Tanjungbumi,
    Seksi Penangkis serangan udara terdiri dua pucuk porn-porn dan dua pucuk senapan mesin 12,7 mm ditempatkan di Pedeng dengan tugas menangkis serangan udara musuh dan mengawasi jalan Kamal-Telang-Bangkalan.
    Battery tersebut dipimpim oleh Letnan Dua Jamaluddin, bekas tentara artileri (Taihoo Heihoo di Surabaya).



    jangan lupa kunjungi website ini
    www.portalmadura.com
    www.smkn2pamekasan.sch.id





















    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © VREZKY MELLENK.com - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -